Jumat, 22 Mei 2015

Masa pacaran (part 1)

Intro

Memasuki masa awal pubertas gue dan kawan-kawan mulai bermain-main dengan cinta. Bermain-main dengan cinta tidak lah semudah yang gue kira. Pacaran sudah menjadi syarat gaul ketika itu. Ketika dimana gue mulai secara resmi menjain hubungan dengan perempuan yang gue suka. 

Berawal dari abis sholat ashar, gue memanjatkan do'a agar gue ditrima sama calon gue itu. Rian dan Diana memulai era pacaran. Mereka berniat menjodohkan gue dengan Empret (bukan nama yang sebenarnya). 


Empret udah keliatan kalo dia suka sama gue sejak kelas 2. Empret secara sadar mencium pipi kiri gue. Gue bingung, karena kondisi gue lagi duduk kalem ngerjain soal. Karena guru sedang keluar, Empret melakukan aksinya dua kali. Anak-anak kelas yang lain sorak gembira berteriak "Bales! bales!" Gue nurut aja, gue bales gue cium balik pipi Empret satu kali. Satu kelas pun ramai karena ulah Empret dan gue. Kira-kira seperti itu kejadiannya.

Memasuki kelas 6 gue gak mau kalah sama Rian dan Diana. Gowes dengan sepeda kumbang kesayangan. Rian dan Diana merencanakan penjodohan gue dengan Empret. Berempat, kami menjelajahi seluruh pelosok komplek. Lucunya, Gue gowes sebelahan dengan Diana, sedangkan Rian bersebelahan dengan Empret. Kami melakukan semacam tukar pasangan. Setengah jam kemudian kita berhenti, beristirahat sejenak menghirup nafas untuk melakukan aksi berikutnya, yaitu eksekusi penembakan. Rian mulai dengan berkata: "Eh Empret, Agung suka tuh sama lo" lalu apa jawaban Empret? Empret menjawab "Ih najis gue sama Agung!" dengan nada tinggi menonjolkan sebagian nadi di leher.

Gue pasrah tapi sebisa mungkin gue bersikap biasa.

Sudah mau memasuki waktu magrib, kami berempat berniat pulang ke rumah masing-masing. Tapi sebelum itu gue menegaskan kembali kalau gue suka sama Empret. Empret mendelay jawabannya beberapa menit. Cukup lama memang untuk ukuran gue yang udah degdegan keringat bercucuran. Dengan senyum manis, Empret menjawab "Iya". Secara singkat dimulailah masa pacaran pertama gue dengan si Empret.

Gue dan Empret tidak lama berpacaran hanya dua minggu. Selama dua minggu itu gue dapet beberapa pengalaman baru, misalnya dapet sms perhatian seperti ini:

"Selamat siang, kamu udah makan blom?"
"Blom, kamu udah?"
"Udah lah. Makan sana ntar sakit kalo gak makan :("

Yap, perhatian-perhatian cemen kayak gitu udah bikin gue sumringah.

Gue dulu make nokia 5300 express music, Empret juga make hape itu. Gue pikir itu unyu. Hal-hal yang sama dengan pacar kita itu unyu. Dulu kan pulsa masih mahal, apalagi simpati, gue beli pulsa 10rb, biaya sms 350. Gak sampe sehari gue beli pulsa lagi. Boros amit lah.

Suatu sore Empret sms gue katanya dia lagi sakit di rumah, trus gue suruh aja minum obat (Baru akhir-akhir ini gue sadar Empret waktu itu boong waktu dia bilang sakit, mungkin itu kode tapi ketika itu gue gak mikir sampe situ). Eh, dia sms lagi gue disuruh ke depan gang, Empret mau jodohin temennya juga. Aduh, jadi gue yang disuruh buat ngomong sama cowok yang mau dijodohin. Gue udah bantu ngomong eh dikacangin gue sama cowok itu lanjut main bola. Gara-gara mau magrib gue pulang. Si empret bilang makasihnya mesra banget.

"Makasih ya ...... honey."

Anjay itu pertama kalinya ada panggilan mesra kayak gitu ke gue. Empret bilang honeynya juga delay gitu beberapa detik. Mungkin masih kaku ya dulu.

Tiba lah hari Sabtu. Siang-siang di sekolah panas banget. Anak-anak pada siap-siap buat ekskul silat.Ada temen kelas gue, namanya Putri tiba-tiba ngasih berita.

"Gung kalo ditanya sama Kepala sekolah, bilang aja lo udah putus sama Empret. Nih lo tulis di kertas sekarang apa kek kalo lo emang bener udah putus buat barang bukti aja."

Anjay, gue gak ngerti si Putri ngomong apa. Gue bingung, asli bingung. Apa mungkin negara api sudah menyerang? Trus kenapa ini Putri ngomong kesetanan begini.

Dipanggilah gue dan kawanan-kawanan yang sedang asik menjalin hubungan yaitu lima cowok ganteng dan lima cewek cantik di ruang serba guna. Di sana udah ada wali kelas. Kami bersepuluh diomelin abis-abisan.

"Masih kecil kok udah pacaran. Mau jadi apa kamu?! Sebentar lagi udah mau Ujian akhir bukannya belajar malah pacaran. Pikirin masa depan bukan malah mikirin pacar!"

Anjay, gue shock, bro.

Masuklah Kepala sekolah yang sangat terhormat. Omelannya gak jauh beda dari wali kelas. Tapi Kepala Sekolah menggampar pelan kami para cowok dan mengancam.

"Besok senin kalo kalian masih pacaran, saya panggil kalian semua ke depan tiang bendera pas upacara bendera!"

Anjay, gue makin shock, bro.

Di luar banyak kepala-kepala anak-anak pada ngintip kami yang kena omelan. Setelah diperbolehkan keluar ruangsan dengan berat hati gue bilang putus ke Empret. Itu pertama kalinnya gue mutusin cewek secantik dia. Pas gue bilang putus, gue gak sanggup liat muka empret waktu itu terlalu pedih hati gue. Anjay. Secara resmi hubungan gue dengan Empret sudah berakhir di situ.

Hari seninnya kami bersepuluh gak dipanggil pas upacara bendera. Tapi di hari itu tragedi yang sebenarnya terjadi. Waktu awal-awal gue pacaran sama empret dia bilang mau ngasih gue sesuatu sebelum lulus SD ternyata benar dia ngasih gue surat pink unyu yang isinya curahan hati dia, tragis banget. Surat itu berisi komposisi kalimat dan kata-kata yang sempurna untuk mengucapkan selamat tinggal. Di dalam surat juga ada huruf F dari kayu warna pink garis-garis ungu unyu. Dia berharap ke gue huruf F itu gue disimpen, dan juga tiap gue liat huruf F itu gue akan inget lagi sama si Empret. Gak pake mikir lama, kayu yang berbentuk F itu gue patahin di dalem jemputan. Anjay, menurut gue itu bener-bener tragis. Gue baru sadar sekarang kalau dulu Empret bener-bener suka sama gue.

Gak sampe di situ aja kisah tragisnya. menjelang ujian akhir gue dapet sms dari orang yang gak gue kenal. Dia cewek namanya Auna. Auna bilang mau jadi sahabat pena gue, dia temennya si Empret, rumahnya juga masih satu gang sama Empret. Karena mahalnya biaya sms waktu itu, gue bilang bisanya sabtu minggu kalau mau smsan sama gue. Di sekolah Empret bilang ke gue.

"Gung lo disms sama Auna ya?"
"Iya, itu siapa pret?"
"Temen gue gung santai aja hahahaa."

Beberapa hari kemudian gue melakukan investigasi kecil-kecilan, gue minjem hape temen-temen gue waktu itu. DARRR! gue kaget, gak taunya itu nomernya Empret! dia ganti nomer! Gue shock lagi. Sampe segininya si empret cuma mau smsan sama gue sampe-sampe ngaku sebagai orang lain.

Singkat cerita gue masuk SMP yang sama dengan Empret. Dia ngajak gue balikan, tapi gue gak mau. Sok banget jual mahal gue dulu, parah bener asli. Gue baru sadar sekarang kalau gue tega banget sama cewek, dingin gitu lah.

Oh iya selama pacaran sama Empret tiap gue pergi sama keluarga ke monas atau tempat ramai gitu kan sebagai laki-laki normal gue selalu liat cewek cantik di sana tapi di batin gue berkata:

"Ah, masih cantikan si Empret pacar gue."

Mungkin itu kisah tragis gue semasa pacaran sama Empret waktu SD yang masih gue inget.


Masuklah masa percintaan SMP yang gak kalah tragis, cewek itu bernama Emprut (Bukan nama sebenarnya).

Pagi-pagi gue dan temen gue yang setengah albino duduk-duduk anjay di samping kuburan. Kuburan itu udah ada sebelum SMP gue dibangun, pemiliknya gak mau kuburan itu dipindah. Tibalah ada sebuah mobil timor coklat berhenti, keluar seorang perempuan berambut lurus, tinggi, putih memakai baju pramuka. Gue ngeliatnya itu bagaikan sebuah seni pahat terbaik Tuhan yang gue pernah liat, dia berjalan santai ke arah kelas temen gue yang setengah albino. Di titik ini gue masih bengong, gue masih menikmati setiap mikrodetik wujud perempuan itu meskipun dari belakang. Gue tanya deh si manusia setengah albino.

"Eh, itu cewek yang make baju pramuka, lo liat kan? dia namanya Emprut bukan?"
"Liat gung liat, oke gampang tar istirahat gue kasih tau."

Bel istirahat bunyi, gue bergegas cepat nyamper si setengah albino. Dugaan-dugaan dan seluruh prasangka-prasangka gue benar ternyata dia si EMPRUT, cewek yang pesonannya sampe ke hati gue sedari SD. Karena dulu gue bimbel di primagama kotawisata, asli itu tempat bimbel isinya biadadari semua, gue sampe bingung ini tempat belajar atau kayangan? anjay lah pokoknya. Sebenernya ada dua cewek yang mengambil hati gue waktu itu si Emprut dan Icha. Tapi berhubung cuma si Emprut yang gue temuin di SMP, bergegaslah gue cari-cari nomer hapenya. Setelah dapet gue smsan gitu deh sama Emprut.

selama dua minggu kita smsan sekedar saling mengenal satu sama lain.

Eh, sampe sini dulu cerita gue. Lain kali gue sambung lagi soalnya masih panjang banget ceritanya, bro.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar